[PDF] TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN





Previous PDF Next PDF



TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 3 Nomor 2



TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 4 Oktober-Desember 2020 teori belajar humanistik dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan.



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Humanistik 1. Pengertian

teori humanistik ini adalah sebuah teori belajar yang mengutamakan Sumber Belajar” Jurnal Teknodik



TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN

TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN URGENSINYA. PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Bagoes Malik Alindra Ahmad Makinun Amin*).



TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN

Jurnal Pedagogik Vol. 04 No. 02



PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN HUMANISTIK

MTsN Model Cigugur Kuningan. B. KAJIAN TEORI MENGENAI PEMBELAJARAN HUMANISTIK. Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang.



TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN

TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN URGENSINYA. PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Bagoes Malik Alindra Ahmad Makinun Amin*).



Teori Belajar dan Pembelajaran

Psikologi humanistik adalah perspektif psikologis yang menekankan studi tentang seseorang secara utuh. Psikolog humanistik. Page 12. melihat perilaku manusia 



Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan

humanistik dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. B. Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan. Teorinya. 1. Abraham Maslow.



TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI HUMANISTIK

Dec 28 2019 Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) ... Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan ...

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

258

JEID E-ISSN : 2798-4176 Journal of Educational Integration and Development Volume 1, Nomor 4, 2021

TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN URGENSINYA

PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin*)

*) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, bagusmalik312@gmail.com, ahmadmakinun26@gmail.com

ABSTRACT

Abstract: The objectives of this article is to explain theory of humanism that is a thought was in a way that humanizes humans in their lives. Islam Education Learning as a learning platform has become a space for educators to adopt such a humanistic approach. Learning theorists have tried to give their ideas on such humanistic concepts as Abraham Maslow, Carl R. Rogers, Arthur combs, kolb, honey and Humford and Hebermas. This research employed qualitative methods with an analytic descriptive approach. The type of method employed library research. The results of this article are the concepts pioneered by each character. Abraham Maslow explained the theory

of his needs. Carl R Rogers explained the concept of freedom with his principles of study.

Meanwhile, Arthur Combs explained the concept of meaningfulness accompanied by an illustration

of the concept of a small circle and a large circle. Then, Kolb explained the four stages of learning,

as well as Honey Humford and Hebermas explained about several categories of students and the types of learning by students. The concepts of these learning theories have an urgency toward learning, especially on Islamic Education. In this regard, humanistic educators, especially Islamic Education educators are expected to apply these learning theories in Islamic Education learning, so that learners can become humanitarians and behave positively according to the teachings given from the Islamic Education learning process.

Keyword: Humanistic, Islamic Education, Learning

ABSTRAK

Teori belajar humanistik merupakan pemikiran yang digagas dalam rangka memanusiakan manusia di dalam kehidupannya. Pendidikan sebagai wadah pembelajaran telah menjadi ruang bagi pendidik dalam menerapkan pendekatan humanistik tersebut. Para tokoh teori belajar telah mencoba untuk memberikan gagasannya mengenai konsep humanistiknya, seperti: Abraham Maslow, Carl R. Rogers, Arthur Combs, Kolb, Honey dan Humford serta Hebermas. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Jenis metode yang digunakan adalah kajian pustaka (library reseach). Hasil dari artikel ini adalah konsep-konsep yang dipelopori masing-masing tokoh. Abraham Maslow menjelaskan tentang teori kebutuhannya.

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

259

Carl R Rogers menjelaskan tentang konsep kebebasan dengan prinsip-prinsip belajarnya. Sedangkan, Arthur Combs menjelaskan konsep kebermaknaan disertai gambaran konsep lingkaran kecil dan lingkaran besarnya. Lalu, Kolb menjelaskan tentang empat tahapan belajar, serta Honey Humford dan Hebermas menjelaskan tentang beberapa kategori peserta didik dan tipe-tipe belajar oleh peserta didik. Konsep dari teori-teori belajar tersebut memiliki urgensi terhadap pembelajaran khususnya pada pembelajaran PAI. Mengenai hal tersebut, para pendidik humanistik khususnya para pendidik PAI diharapkan untuk menerapkan teori-teori belajar tersebut dalam pembelajaran PAI, agar peserta didik dapat menjadi insan yang humanis serta berperilaku positif sesuai dengan ajaran-ajaran yang diberikan dari proses pembelajaran PAI.

Kata kunci: Humanistik, Pendidikan Agama Islam, Pembelajaran

PENDAHULUAN

Pendidik memiliki peran yang signifikan dalam mewujudkan keberhasilan pada proses pendidikan (Sum, Theresia Alviani, 2020). Kemampuan guru dalam menumbuhkan inovasi untuk membantu peserta didik memperoleh solusi kesulitan dalam pembelajaran sangat diperlukan di dalam karakteristik pendidik (Ghoyatul Qoshwa, 2020). Akan tetapi saat ini, pendidikan Islam terkadang tidak menjadi prioritas utama di dalam pendidikan nasional. Padahal apapun bentuk pendidikan itu baik pendidikan nasional maupun pendidikan Islam, hakikat pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia dalam memanusiakan manusia agar benar-benar mampu menjadi khilafah di muka bumi ini (Bakar, 2015). Teori belajar humanistik memiliki tujuan dalam menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya, sehingga peserta didik dalam sebuah lembaga pendidikan dapat memahami dirinya

sebagai peserta didik itu sendiri. Lebih dari itu, seorang guru atau pendidik harus memiliki

kompetensi pedagogik yang professional serta sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik (Amalia, 2019). Hal yang seperti itulah yang nantinya akan menimbulkan suasana pembelajaran yang responsif dengan peserta didik. Pada tahun 1930, kata humanistik mulai dikenal di Amerika. Istilah tersebut merupakan perkembangan dari dua aliran sebelumnya. Aliran-aliran tersebut dikenal sebagai psikologi behaviorisme dan psikoanalisa. Dari perkembangan tersebut, istilah humanistik mengalami perkembangan dan dikenal dengan istilah a third force atau a third power disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap aliran-aliran sebelumnya. Sebagai sebuah aliran, aliran ini masih tergolong muda. Bahkan, beberapa ahli yang masih adapun masih mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang psikologi yang berguna bagi pengkajian tentang konsep manusia. Tokoh-tokoh tersebut

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

260

adalah antara lain: Abraham Maslow, Carl R. Rogers, Arthur Combs (Rachmahana, 2008), Kolb, Honey dan Humford dan Hebermas. Pendalaman mengenai teori-teori tokoh humanistik masih memerlukan pendalaman yang tepat oleh para pendidik. Karena pada kenyataannya, perjalanan pendidikan kurang berkembang dengan baik seperti yang diharapkan. Pada masyarakat, masalah-masalah yang muncul pada pendidikan terkadang menyebabkan munculnya dehumanisasi (Zulfikar Mujib, 2020). Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak hanya memberikan materi secara bertubi-tubi. Akan tetapi sebagai pendidik, guru hendaknya juga berperan sebagai partner dialog, sehingga murid dapat merasakan efek positif yang besar dari proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan. Pada pendidikan Islam, teori belajar humanistik sangat cocok diterapkan pada materi pembelajaran PAI. Hal tersebut dikarenakan, materi PAI yang pada umumnya adalah membahas tentang pembentukan kepribadian, hati nurani, sikap dan fenomena-fenomena sosial. Pendekatan-pendekatan melalui teori-teori humanistik tersebut bisa menjadi tolak ukur para guru dalam menyusun strategi pengajaran di kelas. Hal tersebut dikarenakan, proses pembelajaran yang alot akan mudah dicerna oleh murid, sehingga proses transformasi materi dapat diperoleh dengan baik (Amalia, 2019). Maka dari itu, para pendidik sangat diharuskan memahami teori belajar humanistik ini dengan seksama, agar pembelajaran PAI dapat terlaksana dengan baik pula. Artikel ini belum banyak dikaji oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan, Nurbaiti (Nurbaiti, 2019) menjelaskan tentang pengeksplorasian pendidikan humanistik Islami di sebuah pondok pesantren bernama Darunnajah Ulujami Jakarta. Miki Yuliandri (Yuliandri, 2017) menjelaskan tentang gambaran paradigma teori belajar humanistik yang diimplementasikan pada pembelajaran inovatif di sekolah dasar. Sedangkan, artikel ini akan mencoba untuk menganalisis konsep teori belajar dari para tokoh-tokohnya dan urgensinya pada pembelajaran PAI.

METODE PENELITIAN

Jenis metode kajian ini adalah library research (studi kepustakaan). Data-data kajian ini adalah data yang memiliki relevansi dengan judul terkait seperti buku-buku dan jurnal. Sedangkan, metode yang dipakai adalah metode kualitatif. Lalu, analisanya adalah menggunakan deskriptif analitik. Dalam kajian ini, instrumen yang digunakan adalah penulis sendiri sebagai instrumen.

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

261

Dan dengan metode kualitatif ini, penulis menggunakan analisis kritis dan mendeskripsikan berbagai literatur dan sesuai dengan data yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow

Abraham Maslow adalah pelopor psikologi humanistik. Ia berasal dari Amerika yang tepatnya berada di Brooklyn Newyork. Ia dilahirkan pada tahun 1930. Ia merupkan anak pertama dari tujuh bersaudara. Orangtuanya merupakan imigran dari Rusia. Sedangkan, latar belakang keluarga Abraham Maslow adalah bukan dari latar belakang keluarga yang berpendidikan. Dengan keadaan yang sepeti itu, ayah Abraham Maslow mengharapkan kesuksesan dalam berpendidikan dan dalam bidang yang diminati di kemudian hari (Amalia,

2019). Pada masa kecilnya, Abraham Masow mulai mengagumi para tokoh filosof, seperti:

Alfred North, Whitehead, Henry Bagson, Thomas Jefferson, Abraham Lincolin, Plato dan Spinoza. Selain itu, Abraham Maslow juga mendalami karya-karya para tokoh tersebut (Insani,

2019). Hal itulah yang menjadikan cikal bakal Abraham Maslow bisa menjadi salah satu tokoh

teori humanistik. Pada tahun 1951-1969, Abraham Maslow menjadi professor di Universitas Brandeis. Kemudian, ia juga menjadi anggota di Laughlin Insitute. Tidak lama dari itu, Abraham Maslow mengalami serangan jantung. Lalu, ia meninggal pada tanggal 8 Juni tahun 1970 Sebelum itu, Abraham Maslow telah dikenal sebagai bapak psikologi humanistik. Ia meyakini, bahwa manusia berperilaku untuk mengapresiasi diri mereka sebaik-baiknya. Selain itu, manusia juga melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhannya. Dari situlah kemudian, Abraham Maslow memunculkan sebuah teori hirarki kebutuhan manusia yang terkenal hingga saat ini. Dari teori hierarki kebutuhan tersebut, manusia memiliki lima macam kebutuhan, antara lain: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Qodir, 2017). Kelima hierarki kebutuhan tersebut memiliki keterkaitan. Hal tersebut menyesuaikan dengan kemauan belajar yang dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran (Yuliandri, 2017), sehingga seorang guru harus bisa memahami peserta didik dengan baik, agar kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana dengan kebutuhan murid sebagai peserta didik di sekolah.

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

262
Dalam hal pembelajaran, teori hierarki Abraham Maslow memang harusnya digunakan untuk mengembangkan sumber daya manusia pada dunia pendidikan. Pembelajaran yang kondusif akan memotivasi dan mendorong peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal (Zulfikar Mujib, 2020). Hal inilah yang nantinya akan membatu memotivasi siswa dalam perkembangan belajar di dalam kelas. Akan tetapi, agar hal tersebut bisa tercapai, maka sistem pembelajaran yang humanistik benar-benar sangat diperlukan dalam hal ini. Proses yang humanistik tersebut akan memunculkan cara berpikir aktif positif yang berguna untuk memperoleh kemajuan di bidang intelektual, emosi atau oerasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan peserta didik. Dengan suasana pembelajaran yang humanistik itulah, peran guru dalam memanusiakan manusia telah terwujud.

Carl R. Rogers

Dalam psikologi humanistik, Carl Rogers memiliki dua konsep. Konsep yang pertama adalah jika manusia bisa memberikan peluang kepada diri sendiri dalam mengeksplorasi, menganalisis, memahami dan memecahkan persoalan masalah. Konsep yang kedua adalah freedom to learn (teori belajar bebas). Hal yang dimaksud adalah pendidikan yang bertujuan untuk membimbing peserta didik ke arah kemerdekaan dan kebebasan (Sanusi, 2013). Carl Rogers juga meyakini, bahwa pengalaman seseorang di dalam hidupnya akan menentukan masukan-masukan yang nantinya akan diterima olehnya, sehingga masukan-masukan tersebut akan mengarahkan hidupnya secara mutlak ke arah pemenuhan-pemenuhan kebutuhan di dalam dirinya (Qodir, 2017). Dari pengalama-pengalaman tersebut itulah, peserta didik akan menemukan sesuatu yang berbeda yang mampu meningkatkan semangat peserta didik. Oak park merupakan tempat kelahiran Carl Rogers Carl Rogers dilahirkan pada tahun 1902. Tahun 1987, Carl Rogers meninggal di Lajolla California. Carl Rogers merupakan psikologi humanistik yang mengharuskan perilaku murid untuk bertoleransi tanpa berprasangka antara satu individu dengan individu lainnya dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. Hal tersebut berdasarkan latar belakang akademik Carl Roger yang merupakan Master pada bidang psikologi Universitas Colombia dan perolehan gelar Ph.D pada bidang psikologi klinis Society for the prevention of Cruelty to Children di Rochester, NY (Budi Agus Sumantri, 2019). Pada konsep belajar, Roger juga telah mengeluarkan gagasan-gagasan yang berpengaruh terhadap pemikiran dan praktek pendidikan. Gagasan yang dimaksud adalah

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

263

prinsip-prinsip belajar yang humanistik, seperti: hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar untuk perubahan (Yuliandri, 2017). Oleh karena itu, peserta didik di dalam proses pembelajaran akan merasa bebas dalam memilih keputusan-keputusan di dalam hidupnya dengan penuh tanggung jawab.

Menurut Carl Rogers, setiap orang memiliki kebutuhan akan anggapan yang positif yang bernilai bagi dirinya sendiri. Carl Rogers juga menyatakan, bahwa konsep diri manusia adalah tersirat dan terpadu. Hal yang dimaksud adalah kebebasan seorang individu dalam mengekspresikan semua keinginan yang perlu dilakukan oeh individu tersebut (Nurbaiti,

2019). Proses belajar dengan konsep belajar Rogers adalah membangun kemauan belajar murid

dalam memperoleh eksistensi dirinya di tengah-tengah lingkungan sekolah maupun masyarakat (Self Realization). Peserta didik diharapkan untuk menggunakan kemampuan dasar dan potensi yang dimiliki terhadap proses pembelajaran (Insani, 2019), sehingga peserta didik mampu memahami dirinya dan menemukan pengalaman-pengalaman yang berarti dalam kehidupannya pada proses pembelajaran.

Arthur Combs

Arthur Combs juga adalah tokoh humanistik yang telah mencetuskan gagasannya yang juga memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan. Menurut Combs, bahwa pendidik perlu memahami tingkah laku peserta didik dengan melihat berbagai sudut pandang dari peserta didik itu sendiri (Yuliandri, 2017). Hal tersebut akan berdampak pada ranah kognitif dan afektif peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada tahun 1904-1967, Combs bersama Donald Syngg menjelaskan tentang meaning. Hal yang dimaksud adalah peserta didik harus memperoleh kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu, peserta didik diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan perubahan tingkah lakunya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, peran yang harus dilakukan adalah pendidik juga mampu mengkonstruk pembelajaran atau materi ke dalam dunia peserta didik (Ekawati & Yarni, 2019). Sehingga, proses pembelajaran dapat terhindar dari hal-hal yang dehumanis. Arthur Combs juga mengatakan, bahwa setiap orang memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Pada intinya, Combs menjelaskan hal tersebut ke dalam lima hal yang berkaitan dengan pandangan psikologi humanistik, antara lain: keterbatasan fisik, kesempatan,

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

264

kebutuhan manusia, konsep diri dan penolakan akan ancaman (Haryu, 2006). Kelima hal tersebut harus diperhatikan secara seksama oleh para pendidik, karena kelima hal tersebut merupakan hasil interaksi peserta didik di dalam lingkungannya yang dapat menghambat peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Menurut Combs, perilaku yang keliru dari peserta didik adalah akibat dari perlakuan para pendidik yang tidak melakukan tindakan pada proses pembelajaran yang menarik dan memuaskan, sehingga perilaku peserta didik menunjukkan ketidakminatan pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung (Rachmahana, 2008). Maka dari itu, para pendidik memerlukan aktivitas yang menarik dalam proses pembelajaran, agar peserta didik dapat merubah sikap dan menerima pembelajaran dengan baik.

Pada proses pembelajaran, peserta didik akan mempersonalisasikan informasi-informasi materi pembelajaran kepada diri peserta didik tersebut. Menurut Combs, proses personalisasian bisa dianalogikan kepada gambaran lingkaran kecil (gambaran persepsi diri dan lingkungannya masing-masing) dan lingkaran besar (gambaran persepsi dunia) (Sulistiyono, 2018). Konsep gambaran yang dimaksud adalah guru harus bisa mendalami dunia peserta didik dalam merubah pandangan mereka terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, agar peserta didik memperoleh sesuatu yang bermakna dari proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik itu sendiri (Yuliandri, 2017). Oleh sebab itu, para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan memerlukan pemahaman yang kuat terhadap peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan kondusif dan fleksibel.

Kolb, Honey dan Humford, Hebermas

Menurut Kolb, bahwa belajar dapat dibagi empat tahap, antara lain: pengalaman konkret, pengalaman reflektif dan kreatif, konseptualisasi dan eksperimen aktif. Tahapan-tahapan ini berjalan secara berkesinambungan dan tidak dirasakan secara langsung oleh peserta didik (Nurjan, 2016). Pengalaman konkret merupakan pengalaman yang dialami secara langsung oleh peserta didik. Akan tetapi, para peserta didik belum mengetahui alasan dari pengalaman tersebut bisa terjadi. Bisa dibilang, hal ini merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, reflektif dan kreatif merupakan tahap yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan aktvitas mengamati dalam proses pembelajaran serta mulai berusaha untuk memahamiya. Lalu, konseptualisasi merupakan aktivitas yang telah dilakukan oleh siswa

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

265

berupa penciptaan abstraksi dan teori-teori. Hal ini dilakukan siswa dengan menunjukkan sikap aturan-aturan prinsip yang digeneralisasikan terhadap berbagai fenomena yang terjadi. Terakhir, eksperimen aktif merupakan tahapan peserta didik dalam mengimplementasikan suatu aturan umum yang telah diterima kepada situasi yang baru atau yang akan terjadi, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mereka alami di dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada proses pembelajaran (Yuberti, 2014).

Berdasarkan empat teori yang digagas oleh Kolb, maka Honey dan Humford mengkategorisasikan peserta didik menjadi empat macam, antara lain: aktifis, reflektor, teoris dan pragmatis (Nurjan, 2016). Tipe aktifis merupakan tipe siswa yang cenderung antusias terhadap hal-hal baru atau pengalaman-pengalaman baru yang mengedepankan pemikiran- pemikiran yang terbuka. Pada tipe ini, peserta didik memiliki kesenangan dalam berdialog dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan, tipe reflektor merupakan tipe peserta didik yang cenderung skeptis dalam melangkah dan melakukan sesuatu. Lalu, teoris merupakan tipe peserta didik yang selalu tertarik terhadap fenomena-fenomena yang bersifat kritis, serta mereka juga selalu tertarik terhadap fenomena yang bersifat objektif analisis dan tidak menyukai kesubjektifitasan sesuatu. Terakhir, pragmatis merupakan murid yang selalu tertarik terhadap fenomena yang bersifat praktis. Mereka tidak menyukai hal-hal yang bertele- tele, teori-teori dan filosofis terhadap sesuatu hal. Mereka lebih menyukai sesuatu yang benar- benar bisa dipraktekkan secara langsung (Yuberti, 2014). Sedangkan menurut Hebermas, bahwa proses belajar dipengaruhi oleh interaksi yang dialami peserta didik baik di lingkungan alam maupun lingkungan masyarakatnya. Hebermas membagi tipe belajar menjadi tiga macam, antara lain: belajar teknis, belajar praktis dan belajar emansipatoris (Nurjan, 2016). Tipe belajar teknis merupakan tipe belajar peserta didik yang menyukai interaksi dengan lingkungan alamnya. Mereka cenderung berusaha untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang telah diketahui oleh peserta didik tersebut. Lalu, tipe belajar praktis merupakan tipe belajar peserta didik yang menyukai akan interaksi langsung dengan sesamanya. Mereka mempercayai interaksi dengan manusia akan lebih relevan sebagai pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya. Terakhir, tipe belajar emansipatoris merupakan tipe belajar peserta didik yang berusaha untuk memahami dan mendalami perubahan- perubahan kultural yang terjadi di lingkungan masyarakatnya. Pemahaman ini merupakan

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

266

pemahaman dari tipe belajar yang paling tinggi, karena prosesnya telah tersirat dari tujuan dari pendidikan itu sendiri (Yuberti, 2014).

2. Urgensi Teori Belajar Humanistik Terhadap Pembelajaran PAI Pembelajaran yang nyaman adalah proses belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Dari

perasaan nyaman itulah, peserta didik akan menimbulkan inner motivation dari peserta didik tersebut. Apalagi dalam pembelajaran PAI, penggunaan strategi pembelajaran sangat diperlukan oleh guru dalam mendidik siswa di dalam proses pembelajaran (Solichin, 2018), agar proses pembelajaran menimbulkan proses tranformasi yang interaktif yang diimplementasikan oleh guru kepada murid. Setelah melihat usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik humanisme, maka urgensi yang mengedepankan emosi sangat diperlukan di dalam dunia pendidikan. Dengan mempelajari teori-teori yang digagas oleh tokoh psikologi humanistik, maka para pendidik yang bergelut di dalam dunia pendidikan akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan humanistik ini dalam belajar menggunakan dan memahami emosi peserta didik di dalam proses pembelajaran. Teori belajar humanistik pada proses pembelajaran telah memposisikan guru sebagai fasilitator di dalam proses pembelajaran tersebut yang juga merupakan faktor penentu peseta didik dalam mencapai kompetensi belajar (Yuliandri, 2017). Hal ini dikarenakan para pendidik humanistik merupakan insan yang manusiawi. Para pendidik humanistik harus dapat membmbing murid ke arah potensi intelektual yang murid miliki. Para guru tersebut harus dapat mengembangkan potensi

tersebut, agar peserta didik dapat memperoleh nilai-nilai atau perilaku positif melalui proses

pembelajaran PAI (Ekawati & Yarni, 2019). Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah kurikulum pendidikan Islam yang menggunakan pendekatan humanistik. Hal tersebut dikarenakan PAI memiliki keunggulan dalam menumbuhkan jiwa semangat peserta didik. Korelasi teori dan praktik di lapangan oleh guru PAI merupakan implementasi langsung pendekatan humanistik, karena diharapkan proses tersebut dapat terlaksana secara maksimal oleh pendidik humanistic (Zulfikar Mujib, 2020). Dalam hal ini, penerapan teori humanistik juga menggunakan pemikiran induktif yang mengedepankan partisipasi pesera didik dalam pembelajaran. Dengan maksud, peserta didik dapat mengaplikasikannya pemikiran- pemikiran mereka sebagai subjek didik di dalam proses pembelajaran (Budi Agus Sumantri, 2019). Oleh sebab itu, peran humanistik sangat dibutuhkan dalam pembelajaran PAI di dalam lembaga- lembaga pendidikan.

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

267
Pada pembelajaran PAI sudah seharusnya mengedepankan teori belajar humanistik pada penerapannya. Dengan adanya teori belajar humanistik, PAI dapat menggunakan perannya dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan sebagai pendukung humanisasi (Fakhruddin, 2016). Sejalan dengan itu, para tokoh teori belajar humanistik telah memberikan gagasannya di dalam dunia pendidikan. Abraham Maslow telah menjelaskan teori kebutuhan yang bisa digunakan pendidik PAI dalam memajukan atau mengembangkan potensi peserta didik (Zulfikar Mujib,

2020). Carl Rogers dengan gagasan belajarnya tentang peserta didik telah menjelaskan, bahwa

belajar merupakan keseluruhan konsep pribadi. Yang artinya, guru PAI harus berinteraksi langsung dengan peserta didik secara intelektual maupun emosional (Maslukiyah & Rumondor, 2020). Combs menjelaskan tentang gambaran lukisan diri persepsi diri murid di sekolah dengan menggunakan konsep lingkaran kecil dan lingkaran besar. Dengan maksud, guru PAI harus memahami persepsi diri peserta didik dalam merubah perilaku mereka di dalam proses pembelajaran (Solichin, 2018). Lalu Kolb, Honey dan Humford, Hebermas menjelaskan tentang empat tahapan dan empat tipe peserta didik dalam kaitannya di dalam proses pembelajaran. Semua itu, para pendidik khususnya guru PAI harus menyesuaikan, mendalami dan menerapkan teori humanistik secara mendalam, agar proses pembelajaran PAI dapat menciptakan suasana yang kondusif antara pendidik dengan peserta didik.

SIMPULAN

Abraham Maslow memunculkan sebuah teori hirarki kebutuhan manusia yang terkenal hingga saat ini. Dari teori hierarki kebutuhan tersebut, manusia memiliki lima macam kebutuhan, antara lain: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Lalu dalam psikologi humanistik, Carl Rogers memiliki dua konsep. Konsep yang pertama adalah jika manusia bisa memberikan peluang kepada diri sendiri dalam mengeksplorasi, menganalisis, memahami dan memecahkan persoalan masalah. Konsep yang kedua adalah freedom to learn (teori belajar bebas). Hal yang dimaksud adalah pendidikan yang bertujuan untuk membimbing peserta didik ke arah kemerdekaan dan kebebasan. Sedangkan menurut Combs, bahwa pendidik perlu memahami tingkah laku peserta didik dengan melihat berbagai sudut pandang dari peserta didik itu sendiri. Berbeda dengan Kolb, bahwa belajar dapat dibagi empat tahap, antara lain: pengalaman konkret, pengalaman reflektif dan kreatif, konseptualisasi dan eksperimen aktif. Lalu Honey dan Humford

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

268

mengkategorisasikan peserta didik menjadi empat macam, antara lain: aktifis, reflektor, teoris dan pragmatis. Sedangkan menurut Hebermas, bahwa proses belajar dipengaruhi oleh interaksi yang dialami peserta didik baik di lingkungan alam maupun lingkungan masyarakatnya. Hebermas membagi tipe belajar menjadi tiga macam, antara lain: belajar teknis, belajar praktis dan belajar emansipatoris.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. (2019). Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Implementasi Pendekatan Humanistik). Edulab: Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan,

4(2), 2542.

Amiruddin. (2017). Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam. Miqot, Xli(1), 98117. Bakar, M. Y. A. (2015). Problematika Pendidikan Islam Di Indonesia. Dirasat, Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam, 1(1), 2015. Budi Agus Sumantri, N. A. (2019). Teori Belajar Humanistik Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Fondatia: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(September), 118.
Ekawati, M., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Berdasarkan Aliran Psikologi Humanistik Dan Implikasi Pada Proses Belajar Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran,

2(2), 266269.

Fakhruddin. (2016). Konsep Humanistik Ditinjau Dari Perspektif Pendidikan Islam Fakhruddin. Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 1(2), 137158. Ghoyatul Qoshwa, E. F. R. (2020). Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Teknologi Di Madrasah Aliyah Bustanul Ulum Glagah Lamongan. Jurnal Tarbawi Stai Al-Fitrah, 9(1), 1 19. Haryu. (2006). Aplikasi Psikologi Humanistik Dalam Dunia Pendidikan Di Indonesia (Konsep Arthur W. Combs Tentang Pengembangan Potensi Anak). Tadris, 1(1), 7590. Insani, F. D. (2019). Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow Dan Carl Rogers Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. As-Salam, 8(2), 209230. Maslukiyah, N., & Rumondor, P. (2020). Implementasi Konsep Belajar Humanistik Pada Siswa Dengan Tahap Operasional Formal Di Smk Miftahul Khair. Psikologika, 25(3), 97110.

Bagoes Malik Alindra, Ahmad Makinun Amin

JEID: Journal of Educational Integration and Development

Vol. 1, No. (4), 2021

269
Nurbaiti. (2019). Pendidikan Humanistik Islami Melalui Pembelajaran Aplikatif. Kordinat, 18(1),

160193.

Nurjan, S. (2016). Psikologi Belajar (W. Setiawan (Ed.)). Wade Group. Qodir, A. (2017). Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal

Pedagogik, 04(02), 188202.

Rachmahana, R. S. (2008). Psikologi Humanistik Dan Aplikasinya Dalam Pendidikan. El-

Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, I(1), 99114.

Sanusi, U. (2013). Pembelajaran Dengan Pendekatan Humanistik (Penelitian Pada Mts Negeri Model Cigugur Kuningan). Jurnal Pendidikan Agama Islam, 11(2), 123142. Solichin, M. M. (2018). Teori Belajar Humanistik Dan Aplikasinya Dalam Pendidikan Agama Islam: Telaah Materi Dan Metode Pembelajaran. Islamuna, 5(1), 112. Sulistiyono, A. (2018). Implementation Of Humanistic Approaches For Social Studies In Elementary Schools. Social, Humanities And Education Studies (Shes), 1(Snpd), 92102. Sum, Theresia Alviani, E. G. M. T. (2020). Kompetensi Pedagogik Guru Paud Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan Pembelajaran. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 543

550. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V4i2.287

Suprihatin. (2017). Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, 3(1), 82104. Yuberti. (2014). Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan.

Anugrah Utama Raharja.

Yuliandri, M. (2017). Pembelajaran Inovatif Di Sekolah Dasar Berdasarkan Paradigma Teori Belajar Humanistik. Journal Of Moral And Civic Education, 1(2), 101115. Zulfikar Mujib, S. (2020). Teori Humanistik Dan Implikasi Dalam Pembelajaran Pai Di Sma Sains Alquran Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 1123.quotesdbs_dbs14.pdfusesText_20
[PDF] jurnal teori humanistik carl rogers pdf

[PDF] jurnal teori kebutuhan maslow pdf

[PDF] jurnal teori pertumbuhan ekonomi

[PDF] jurnal upah minimum

[PDF] jus de banane

[PDF] jus de banane et fraises et le lait

[PDF] jus de banane magimix

[PDF] jus de banane youtube

[PDF] just dance 2018 youtube

[PDF] juste un peu de réconfort

[PDF] justice gov ma

[PDF] k-1 2016 pdf

[PDF] kabul today new dari news 2015/7/11

[PDF] kachru's three circles of english pdf

[PDF] kaedah-kaedah pesuruhjaya sumpah 1993 pdf