[PDF] Jurnal Sosialisasi Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk





Previous PDF Next PDF



Pengembangan Karakter Kepribadian Anak Usia Dini (Studi Pada

Mudah bagi pendidik untuk memberikan. Page 8. 104. INFERENSI Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Jaka Siswanta satu pelajaran kepada anak



Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kepribadian Anak

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020 kepribadian seorang anak karena baik buruknya pribadi dan jiwa anak sangat tergantung dari.



Pembentukan Kepribadian Positif anak sejak usia dini - Neliti

Dinamika kepribadian ini berkembang pesat pada diri anak-anak. (masa kanak-kanak) karena pada dasarnya mereka masih memiliki pribadi yang belum matang yaitu 



Model Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap Perkembangan

30 juin 2021 Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi ... bahwa



PERAN SASTRA DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

Cerita dalam sastra anak secara tidak sadar telah mendorong atau mengajari anak untuk mengendalikan berbagai emosi. Stilistika: Jurnal Bahasa Sastra



Bimbingan orang tua dalam mengembangkan kepribadian anak

Islamic Religion Teaching & Learning Journal. Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak itu sendiri.



Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kepribadian Anak

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2020 kepribadian seorang anak karena baik buruknya pribadi dan jiwa anak sangat tergantung dari.



KONSEP ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KEPRIBADIAN

Abdul Wahib – Konsep Orang Tua. JURNAL PARADIGMA. Volume 2 Nomor 1



Dampak penggunaan gadget terhadap kepribadian anak sekolah

Dampak penggunaan gadget terhadap kepribadian anak sekolah dasar: studi kasus pada siswa 'X'. Jurnal Humaniora dan Ilmu. Pendidikan 1(1)



Jurnal Sosialisasi Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam membentuk kepribadian anak diperlukan sosialisasi primer berupa nilai sosial norma

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 10

Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk Kepribadian Anak (Studi Pada Keluarga Rumah Tangga Guru Ma Islamiyah)

Oktovie Ekgea Sawitri1, Imran2, Iwan Ramadhan3

1,2,3Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Tanjungpura, Indonesia

oktovie.ekgeasawitri15@gmail.com1, imran@fkip.untan.ac.id2, iwan.ramadhan@untan.ac.id3

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk Kepribadian Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Rumah Tangga Guru MA Islamiyah Pontianak. Penelitian

ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian ini

berjumlah 8 orang, yaitu terdiri dari 4 orangtua dan 4 anak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam membentuk kepribadian anak diperlukan sosialisasi primer berupa nilai sosial, norma, nilai budaya,

dan pendewasaan diri, sedangkan dalam sosialisasi sekunder berupa interaksi dan pembauran dengan

lingkungan, penyesuaian diri, dan peran-peran sosial. Orangtua mengajarkan sosialisasi dengan anak

seperti bersikap sopan dengan orang lain, berdoa sebelum makan, membantu orangtua, beribadah seperti sholat dan ngaji, bergaul dengan orang lain tanpa memandang suku, bersikap ramah dengan orang lain, mengetahui perannya di rumah dan di lingkungan masyarakat. Kata Kunci: Sosialisasi, Keluarga, Kepribadian Anak

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out the Socialization of Families in Shaping Children's

Personalities (Case Study on Household Families of Ma Islamiyah Pontianak Teachers. This study uses case

study method with qualitative approach. The data collection techniques in this study use observation,

interview, and documentation. The informants in this study numbered 8 people, consisting of 4 parents and 4

children. The results of this study show that in shaping the personality of children, primary socialization is

required in the form of social values, norms, cultural values, and self-maturity, while in secondary

socialization in the form of interaction and interaction with the environment, self-adjustment, and social

roles. Parents teach socialization with children such as being polite with others, praying before meals,

helping parents, worshipping such as praying and ngaji, associating with others regardless of ethnicity,

being friendly with others, knowing their role at home and in the community. Keywords: Socialization, Family, Child Personality

PENDAHULUAN

Di era modern ini, keluarga menjadi salah satu media sosialisasi pertama yang diajarkan kepada anaknya. Orang tua akan mengajari anaknya apa yang dianggap baik dan benar dalam kehidupan bermasyarakat agar dapat mempengaruhi kepribadiannya di masa depan. Di dalam lingkungan tertentu, hal yang utama terhadap anak yaitu orang tua, sehingga melalui lingkungan ini diharapkan anak agar dapat memahami dunia sekitar serta pola sosial yang dipakai di dalam kehidupan sehari-hari, dan melalui lingkungan tersebut pula anak diharapkan agar dapat mengalami proses sosialisasi awal (primer). Sosialisasi pada prosesnya dimana seseorang mulai belajar untuk memahami perilaku (Anwar, 2018) terkait yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di dalam lingkungan masyarakat (Soedarmo & Suryana, 2019). Teori utama yang mengkaji hal sosialisasi yaitu teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Ia percaya bahwa realitas merupakan suatu sistem sosial, di mana setiap bagian-bagian yang terkait dengan keseluruhan serta menafsirkannya

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 11

sesuai dengan fungsi dari keseluruhan sistem (Turama, 2018). Semua tindakan diharuskan berorientasi pada tujuan dan memperhatikan tujuan terhadap individu lain. Melalui sosialisasi, seseorang akan memahami perannya dalam masyarakat sehingga mampu bertindak sesuai dengan peran dan aturan sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Sesuai dengan norma sosial yang berlaku, setiap individu akan mampu saling berkoordinasi dan menyesuaikan pola tingkah laku di dalam interaksi sosial (Munisa,

2020).

Sosialisasi merupakan suatu proses yang dilakukan di dalam mempelajari suatu nilai, norma, kebiasaan, tingkah laku, serta semua hal yang terkait dengan proses tersebut yang dilakukan secara efektif sehingga individu dapat berpartisipasi secara efektif di dalam menjalani kehidupan sosialnya dalam sehari-hari (Lindriati et al., 2017). Sosialisasi berkembang dari lingkungan kecil seperti keluarga, seperti halnya lingkungan komunitas, keluarga terus berkembang. Seorang anak adalah seseorang ketika dia dilahirkan, dan kemudian tumbuh menjadi seseorang. Anak yang dibiasakan bersosialisasi sejak kecil akan membentuk pribadi yang memahami norma, tingkah laku, nilai dan peran sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Sosialisasi memiliki dua jenis bentuk diantaranya yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder (Mubaroka & Harianto, 2016). Sosialisasi primer diatikan sebagai sosialisasi pertama, dimana sosialisasi ini diterapkan oleh setiap individu pada umumnya semasa masih kecil dan pada tahap ini, keluarga merupakan peran yang sangat penting, karena seorang anak akan melakukan dan meniru pola interaksi yang ada dalam keluarganya, serta menjadikan sosialisasi ini sebagai gerbang dalam menuju lingkungan yang ada di masyarakat (Yudhapramesti, 2016). Selain itu, terdapat juga sosialisasi sekunder, yang diartikan sebagai sosialisasi setelah adanya sosialisasi primer. Dalam sosialisasi ini, merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan tujuan memperkenalkan seorang individu ke dalam lingkungan yang lebih luas lagi atau yang disebut dengan masyarakat, ataupun teman-teman, serta disebut juga sebagai proses sosialisasi yang berada di luar lingkungan keluarga (Mubaroka & Harianto, 2016). Dari definisi tersebut, dapat digolongkan bahwa keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi primer. Keluarga didefinisikan dan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang ada sebagai bagian dari diri individu tersebut dan merupakan suatu bagian dalam lingkungan masyarakat secara keseluruhan (Maknunah, 2017). Dalam lingkungan keluarga, orang tua akan mengenalkan anaknya pada nilai-nilai budaya, norma sosial, dan segala aturan yang ada di masyarakat, disinilah anak mengalami disiplin pertama yang diperkenalkan dalam proses interaksi dan kehidupan sosial. Interaksi antar anggota keluarga membuat anak menyadari bahwa dirinya adalah individu dan pribadi yang sosial. Keluarga adalah agen sosial utama sebelum seorang anak atau seseorang mengenal dunia yang lebih luas (yaitu masyarakat). Orang tua adalah agen penting dan memainkan peran penting dalam proses sosialisasi dasar ini. Dalam lingkungan keluarga, anak mulai menyadari norma, nilai, dan kebiasaan yang diterapkan di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, sosialisasi juga berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian dapat diartikan sebagai suatu sifat yang terdapat dalam seorang individu dalam bentuk naluri, ataupun dorongan dan kecenderungan yang diperoleh melalui pengalaman yang ia temukan pada individu lain, ataupun juga dapat diartikan sebagai sifat dan cara yang unik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar (Karim, 2020). Sosialisasi keluarga dilakukan dengan tujuan mendidik seorang anak dimulai dari masa awal hingga terbentuknya kemandirian anak dan dibimbing pada masa

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 12

pertumbuhannya agar anak memiliki cara berperilaku, bersikap, hingga bertindak yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dan berlaku di lingkungan masyarakat (Yulia,

2018). Pada dasarnya, dalam membentuk suatu kepribadian seseorang, sosialisasi dapat

memengaruhi proses dalam pembentukan kepribadian, hal ini dikarenakan sosialisasi memegang peranan yang penting, karena setiap individu dapat membentuk kepribadian seseorang melalui proses sosialisasi itu sendiri (Fadli, 2016). Namun pada kenyataannya sosialisasi yang tidak seutuhnya didapat dari orangtua kepada anak dapat menyebabkan kepribadian anak yang tidak baik maka dari itu kita dapat menyimpulkan bagaimana pentingnya dalam membentuk kepribadian anak sehingga dapat mengatur berbagai hal, seperti hal baik dan buruk bagi kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 November 2020 peneliti memperoleh informasi dari wawancara bersama salah seorang guru yaitu RW dimana diperoleh diketahui jumlah masing-masing anak dari setiap anggota keluarga, RW yang perkerjaannya sebagai guru SKI dan Akidah akhlak berumur 46 Tahun memiliki 3 orang anak yang beralamatkan di Jalan Tanjung Raya 2 Gang. H. Sulaiman, sedangkan EY yang perkerjaannya sebagai guru TIK berumur 47 Tahun memiliki 2 orang anak yang beralamatkan di Jalan Kom Yos Sudarso Gang. Lamtoro, lalu YI yang perkerjaannya sebagai guru sosiologi berumur 44 Tahun memiliki 2 orang anak yang beralamatkan di Jalan Dr. Wahidin Gang. Sepakat 2A, dan BS yang perkerjaannya sebagai guru fikih berumur 50 Tahun memiliki 4 orang anak yang beralamatkan di Jalan Prof. M. Yamin Gang. Swakarya 3. Sehingga penulis akan melakukan penelitian terkait bagaimana orangtua di dalam suatu keluarga tersebut menerapkan fungsi sosialisasi didalam keluarga. Dari hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana sosialisasi keluarga dalam membentuk kepribadian anak (studi kasus pada keluarga rumah tangga guru MA Islamiyah Pontianak, baik sosialisasi keluarga secara primer maupun sosialisasi keluarga secara sekunder dalam membentuk kepribadian anak pada keluarga guru MA Islamiyah Pontianak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa saja pelaksanaan sosialisasi keluarga secara primer maupun pelaksanaan sosialisasi keluarga secara sekunder dalam membentuk kepribadian anak pada keluarga guru MA Islamiyah

Pontianak.

METODE PENELITIAN

Terkait dengan hal yang akan diteliti, maka di dalam penelitian ini maka metode yang dipakai yaitu dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, dimana metode kualitatif merupakan metode yang digambarkan untuk meneliti pada obyek yang alamiah dan pada metode ini, bahwa peneliti dijadikan sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2016), serta metode ini juga dipakai menjadi prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat diamati oleh panca indera (Moleong, 2019). Penelitian ini juga menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu salah satu jenis penelitian yang dipakai guna menjawab terkait isu atau obyek terhadap suatu fenomena salah satunya fenomena di dalam cabang ilmu sosial dan memberikan penekanan kepada kasus yang akan dianalisis . Lokasi peneitian ini terletak di MA Islamiyah di Jl. Imam Bonjol No.88, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124. Instrumen utama penelitian sosialisasi keluarga dalam membentuk kepribadian anak ini adalah peneliti sendiri. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dimana data yang diperoleh langsung kepada pengumpul data. Sumber data primer didapat melalui wawancara dengan

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 13

informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah guru di MA Islamiyah. Sebaliknya, data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung kepada pengumpul data, seperti bentuk dokumen berupa jurnal sebagai literatur dan bentuk observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik obeservasi yang dimana peneliti turut serta berperan aktif dalam melakukan pengamatan di dalam suatu kelompok rumah tangga guru di MA Islamiyah Pontianak. Selain observasi, teknik wawancara juga dipakai dalam penelitian ini, bahwa teknik ini dilakukan dengan cara menyajikan dan mengajukan setiap pertanyaan terstruktur yang terkait dengan hal yang akan diteliti karena peneliti memakai pedoman wawancara yang sudah disusun secara sistematis dan lengkap dalam mengumpulkan data yang akan peneliti cari. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan anak orangtua dan guru yang mengajar di MA Islamiyah Pontianak. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi berupa sumber gambar dan foto selama melakukan penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara, panduan observasi serta dokumentasi. Data yang didapat dari hasil observasi dan wawancara di reduksi oleh peneliti. Pada bagian ini, penyerderhanaan data dilakukan dengan tahap seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah disederhanakan menjadi informasi yang bermakna, sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil suatu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sosialisasi Keluarga Secara Primer Dalam Membentuk Kepribadian Anak Pada

Keluarga Guru MA Islamiyah Pontianak

Berdasarkan hasil observasi tentang sosialisasi secara primer pada tanggal 22 Februari 2021 dengan Ibu RW, 20 Februari 2021 dengan Bapak BS, tanggal 01 Maret 2021 dengan Ibu YI, dan tanggal 04 Maret 2021 dengan Ibu EY. Diperoleh hasil observasi sebagai berikut. a) Internalisasi nilai-nilai Pada hasil yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai internalisasi nilai-nilai yang dimana peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu RW yaitu orang tua dari KS. Peneliti mengamati bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai dan norma kepada KS. Terlihat pada gambar di atas merupakan contoh dari internalisasi nilai nilai yang dimana KS anak dari Ibu RW menerapkan salah satu contoh dari norma kesopanan dan kesusilaan yaitu sebelum berangkat KS berpamitan dahulu dengan orangtua nya dan mencium tangan orangtua nya sebelum berangkat pergi. Maka daripada itu internalisasi nilai nilai sosial berjalan dengan baik. Kemudian peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Bapak BS yaitu orang tua dari EL. Peneliti mengamati bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai kepada EL. EL anak dari bapak BS sedang mencium tangan bapak nya selesai sholat dan berpakaian yang baik dan sopan. Ini merupakan salah satu contoh pelaksanaan sosialisasi primer dalam internalisasi nilai nilai berupa norma kesopanan dan norma kebiasaan yang dimana EL berpakaian yang sopan dan kebiasaan mencium tangan orangtua nya selesai sholat. Maka daripada itu internalisasi nilai nilai sosial berjalan dengan baik.

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 14

Peneliti juga melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu YI yaitu orang tua dari AZ. Peneliti mengamati bagaimanaorangtua menanamkan nilai-nilai kepada AZ. Contoh dari internalisasi nilai nilai yang dimana AZ anak dari Ibu YI menerapkan salah satu contoh dari norma agama yaitu AZ anak dari ibu YI diajarkan mengaji tujuan dari Ibu YI mengajarkan anaknya mengaji adalah agar anak mengetahui dan memahami apa yang diajarkan. Peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu EY yaitu orang tua dari EF. Peneliti mengamati bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai kepada EF. EF anak dari Ibu EY sedang mengaji. Hal ini merupakan salah satu contoh pelaksanaan sosialisasi primer dalam internalisasi nilai nilai berupa norma keagamaan yang dimana EF diajarkan oleh orangtuanya untuk mengaji selepas EF melakukan sholat magrib. Maka daripada itu internalisasi nilai nilai sosial berjalan dengan baik. Orangtua sebagai agen sosialisasi primer dalam menanamkan internalisasi nilai- nilai telah terlaksana KS anak Ibu RW menerapkan norma kesopanan dan kesusilaan yang dimana sebelum berangkat pergi ke masjid KS berpamitan dan mencium tangan orangtuanya, dan EL anak dari Bapak BS menerapkan norma kesopanan dan kebiasaan yang dimana EL berpakaian dengan sopan dan mencium tangan orangtuanya selesai sholat yang dimana itu sudah menjadi kebiasaan EL. Hal ini merupakan contoh dari pelaksanaan internalisasi nilai-nilai. Internalisasi dapat diartikan sebagai proses di dalam menanamkan suatu nilai kepada individu ataupun dapat disebut juga dengan membina individu tersebut dan tujuan dari internalisasi tersebut yaitu dapat membentuk pola pikir individu tersebut di dalam melihat makna realitas suatu pengalaman (Hamid, 2016). Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, dimana orangtua menanamkan internalisasi kepada anak dan anak tersebut juga menerapkan atau melaksanakan apa yang diajarkan orangtuanya. b) Enkulturasi Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai enkulturasi yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu EY. Peneliti mengamati bagaimana Ibu EY mengajari EF tentang enkulturasi.Ibu EY sedang mengajari EF tentang enkulturasi yang dimana anak diajarkan pembiasaan yang baik seperti pendampingan secara agama sehingga sikap tersebut menjadi pola yang mantap untuk mengatur tindakkan nya. Maka daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik. Kemudian peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Bapak BS yaitu orang tua dari EL. Peneliti mengamati bagaimana bapak BS mengajarkan enkulturasi kepada EL. Dari hasil observasi yang didapatkan EL anak bapak BS sering berada di pesantren sehingga bapak BS mengajarkan enkulturasi kepada

EL hanya dengan ucapan mengenai budaya melayu.

Selanjunya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai enkulturasi yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu YI. Peneliti mengamati bagaimana Ibu YI mengajari AZ tentang enkulturasi. Ibu YI sedang mengajari AZ tentang enkulturasi yang dimana anak diajarkan pembiasaan yang baik contohnya seperti anak diajarkan untuk bersalaman dengan orangtuanya selesai sholat. Dari pembiasaan tersebut maka dapat membentuk pribadi anak. Maka daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik. Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai enkulturasi yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana Ibu RW mengajari KS tentang enkulturasi. KS anak dari Ibu RW sedang menerapkan enkulturasi yang diajarkan oleh orangtuanya, yang dimana KS diajarkan oleh Ibu RW untuk belajar tanggung jawab yaitu berupa menjaga mainan yang telah diberikan oleh

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan

Keilmuan Sosiologi Pendidikan

Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 15

orangtuanya dan selepas bermain tidak lupa KS mengemaskan mainannya kembali agar mainan tersebut tidak rusak. Maka daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik. Dalam proses membudayakan seorang individu, bahwa individu harus dapat mempelajari hingga menyesuaikan pikirannya serta sikapnya dengan adat, sistem norma dan nilai yang hidup dalam kebudayaannya, serta ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya (Latuheru & Muskita, 2020). Oleh karena itu, proses pelatihan sudah dimulai di benak warga sosial. Pertama, orang-orang di lingkungannya bermain, kemudian teman-temannya bermain. Keluarga sebagai agen sosialisasi primer, bahwa peran orang tua dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting (Nurjayanti et al., n.d.). Orangtua sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam enkulturasi telah terlaksana yang dimana Ibu EY sedang mengajari EF tentang enkulturasi seperti pembiasaan yang baik contohnya pendampingan secara agama, hasil observasi juga diperkuat dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan EY dan EF. c) Pendewasaan Diri Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai pendewasaan diri yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu YI. Peneliti mengamati bagaimana Ibu YI mengajari AZ tentang pendewasaan diri. Ibu YI yang sedang menemani AZ makan. Ini merupakan salah satu bentuk pendewasaan diri yang diajarkan Ibu YI kepada AZ. Maka daripada itu pendewasaan diri berjalan dengan baik. Kemudian pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai pendewasaan diri yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana Ibu RW mengajari KS tentang pendewasaan diri. KS anak dari Ibu RW yang sedang mandi sendiri, hal ini merupakan salah satu bentuk pendewasaan diri yang diajarkan oleh Ibu RW kepada anaknya agar anak kedepannya bisa belajar untuk bersikap mandiri. Maka daripada itu pendewasaan diri berjalan dengan baik. Selanjutnya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenaiquotesdbs_dbs1.pdfusesText_1
[PDF] jurnal kepribadian manusia

[PDF] jurnal ketenagakerjaan pdf

[PDF] jurnal kualitas persahabatan pdf

[PDF] jurnal pembelajaran humanistik

[PDF] jurnal pendekatan humanistik

[PDF] jurnal penelitian psikologi kepribadian pdf

[PDF] jurnal pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

[PDF] jurnal pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran

[PDF] jurnal penyerapan tenaga kerja

[PDF] jurnal perekonomian indonesia 2016 pdf

[PDF] jurnal pertumbuhan ekonomi indonesia pdf

[PDF] jurnal pertumbuhan ekonomi pdf

[PDF] jurnal pertumbuhan ekonomi regional

[PDF] jurnal psikologi kepribadian humanistik

[PDF] jurnal psikologi kepribadian manusia