KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM HIERARKI PERATURAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan. Perundang-undangan ini berarti Ketetapan. MPR kembali mempunyai kedudukan dalam.
UU 12 Tahun 2011
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 8. (1) Jenis Peraturan Perundang-undangan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN
(1). Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi militer untuk perang dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
anggaran MPR dalam peraturan MPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan. Peraturan ...
PROBLEMATIKA KEDUDUKAN TAP MPR DALAM UU NO. 12
Hal itu pula yang kemudian menjadi dasar tidak dimasukkannya produk hukum. Ketetapan MPR/S dalam hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No. 10/
Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional
undangan menurut UU ini TAP MPR sebagai rumah hukum Pancasila dihilangkan. Karena itu
KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN
Tap di atas sehingga berdasarkan Pasal 4 Tap MPR Nomor I/MPR/2003 Tap terkait KEDUDUKAN KETETAPAN MPR SEBELUM UU NOMOR 12 TAHUN 2011. Sebelum UU Nomor 12 ...
ketetapan-mpr-ri-nomor-i-mpr-2003-1325650924.pdf
sesuai hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Page 26. - 10 -. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Republik
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN
(2). Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a b
MENELUSURI KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI SUMBER
Sedangkan setelah perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 istilah Pancasila sebagai dasar hukum ditemukan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan.
KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM HIERARKI PERATURAN
Kedudukan Ketetapan MPR yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai produk peraturan.
KETETAPAN MPR DALAM TATA URUTAN PERATURAN
produk hukum yang mengatur mengenai Tap MPR yakni UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
UU 12 Tahun 2011
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 12 TAHUN 2011. TENTANG. PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 12 TAHUN 2011. TENTANG. PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
UU Nomor 15 Tahun 2019.pdf
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Pasal I. Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12. Tahun 2OIl tentang Pembentukan Peraturan Perundang-.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Bagian Kedua. Wewenang dan Tugas. Paragraf 1. Wewenang. Pasal 4. MPR
MODUL WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI DASAR BELA
Mengacu pada pengertian tersebut maka jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. UUD Negara
PROBLEMATIKA KEDUDUKAN TAP MPR DALAM UU NO. 12
Hal itu pula yang kemudian menjadi dasar tidak dimasukkannya produk hukum. Ketetapan MPR/S dalam hierarki peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No. 10/
Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional
undangan menurut UU ini TAP MPR sebagai rumah hukum Pancasila dihilangkan. Karena itu
JENIS FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN
Berikut tabel jenis Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPRS. XX/MPRS/1966 TAP MPR III/MPR/2000
KEDUDUKAN TAP MPR DAN IMPLIKASI NYA TERHADAP HIERARK - Neliti
1 Bagaimana Kedudukan TAP MPR pasca diterbitkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan? 2 Apa implikasi hukum dengan keluarnya Undang -undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan terhadap TAP MPR? II PEMBAHASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu di buat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan; c. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan;
Mengingat . . . wwwvbphnvgovid
- 2 - - 2 - Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. 2.Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam PeraturanPerundang-undangan.
3. U n dang-Undang a dalah P eraturan P erundang- undangan yang dibentuk oleh Dewan PerwakilanRakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
4. P e raturan P emerintah P engganti U ndang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.5. Peraturan . . . wwwvbphnvgovid
- 3 - - 3 - 5. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang- undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 6. P e raturan P residen a dalah P eraturan P erundang- undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. 7. P e raturan D aerah P rovinsi a dalah P eraturanPerundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur. 8. P e raturan Daerah Kabupaten/Kota adalah PeraturanPerundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. 9. P r ogram Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. 10. P r ogram L egislasi D aerah y ang s elanjutnya d isebutProlegda adalah instrumen perencanaan program
pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atauPeraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun
secara terencana, terpadu, dan sistematis. 11. N a skah A kademik a dalah n askah h asil p enelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatuRancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan DaerahKabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.12. Pengundangan . . . wwwvbphnvgovid
- 4 - - 4 -12. Pengundangan adalah penempatan Peraturan
Perundang-undangan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran
Daerah, atau Berita Daerah.
13. M a teri M uatan P eraturan P erundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan. 14. D ew an Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945
15. D ew an Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkatDPD adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.
16. D ew an P erwakilan R akyat D aerah y ang s elanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan RakyatDaerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.P asal 2 Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara.
Pasal 3
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 merupakan hukum dasar dalam
Peraturan Perundang-undangan.
(2) Undang-Undang . . . wwwvbphnvgovid - 5 - - 5 - (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
(3) Penempatan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia tidak merupakan dasar
pemberlakuannya.Pasal 4
Peraturan Perundang-undangan yang diatur dalamUndang-Undang ini meliputi Undang-Undang dan
Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5
Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan
harus dilakukan berdasarkan pada asas PembentukanPeraturan Perundang-undangan yang baik, yang
meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan.Pasal 6 . . . wwwvbphnvgovid
- 6 - - 6 -Pasal 6
(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas: a. pengayoman; b. kemanusiaan; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan; f. bhinneka tunggal ika; g. keadilan; h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.
BAB III
JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang . . . wwwvbphnvgovid - 7 - - 7 - c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f.Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Pasal 8
(1)Jenis Peraturan Perundang-undangan selain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MajelisPermusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.Pasal 9 . . . wwwvbphnvgovid
- 8 - - 8 -Pasal 9
(1)Dalam hal suatu Undang-Undang diduga
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. (2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan denganUndang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
Pasal 10
1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; c. pengesahan perjanjian internasional tertentu; d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; d an/atau e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. (2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.Pasal 11
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang.
Pasal 12 . . . wwwvbphnvgovid
- 9 - - 9 -quotesdbs_dbs50.pdfusesText_50[PDF] initiation au dessin technique pdf
[PDF] bérénice scène dexposition
[PDF] berikut ini yang termasuk kedalam kekhususan provinsi papua adalah
[PDF] berlin au coeur de la guerre froide
[PDF] berlin dans la guerre froide composition
[PDF] berlin enjeu de la guerre froide plan
[PDF] berlin symbole de la guerre froide conclusion
[PDF] berlin symbole de la guerre froide corrigé
[PDF] berlin symbole de la guerre froide paragraphe
[PDF] berlin un symbole de la guerre froide 1948 1989
[PDF] berlingo dimensions coffre
[PDF] berlingo pack plus
[PDF] bersim en tunisie
[PDF] bertrand russell livres